MENGENAL GUNUNG SALAK
Gunung
Salak merupakan
sebuah gunung berapi yang terdapat di pulau Jawa, Indonesia. Gunung ini mempunyai beberapa puncak, di
antaranya Puncak Salak I dan Salak II. Letak astronomis puncak gunung ini ialah
pada 6°43' LS dan 106°44' BT. Tinggi puncak Salak I 2.211 m dan Salak II 2.180
m dpl. Ada satu puncak lagi bernama Puncak Sumbul dengan ketinggian 1.926 m
dpl.
Wilayah itu memiliki peran penting bagi
pelestarian keragaman hayati. Berbagai spesies endemik dan langka hanya ada di
gunung ini.
Banyak yang mengira nama Gunung Salak berasal dari nama
tanaman Salak,
akan tetapi sesunguhnya nama gunung ini berasal dari bahasa sansekerta "Salaka" yang
berarti perak.
Maka Gunung Salak bermakna "Gunung Perak."
Hutan-hutan
di Gunung Salak terdiri dari hutan pegunungan
bawah (submontane forest) dan hutan
pegunungan atas (montane forest).
Bagian
bawah kawasan hutan, semula merupakan hutan produksi yang ditanami Perum
Perhutani. Beberapa jenis pohon yang ditanam
di sini adalah tusam (Pinus merkusii) dan rasamala(Altingia excelsa).
Kemudian, sebagaimana umumnya hutan pegunungan bawah di Jawa,
terdapat pula jenis-jenis pohon puspa (Schima
wallichii), saninten (Castanopsis sp.), pasang (Lithocarpussp.)
dan aneka jenis huru (suku Lauraceae).
Di
hutan ini, pada beberapa lokasi, terutama di arah Cidahu, Sukabumi, ditemukan pula jenis
tumbuhan langka yang bernama Rafflesia rochussenii yang
menyebar terbatas sampai Gunung Gededan Gunung Pangrango di dekatnya.
Pada
daerah-daerah perbatasan dengan hutan, atau di dekat-dekat sungai, orang
menanam jenis-jenis kaliandra
merah (Calliandra calothyrsus), dadap
cangkring (Erythrina variegata), kayu
afrika(Maesopsis eminii), jeunjing (Paraserianthes falcataria)
dan berbagai macam bambu.
Aneka
margasatwa ditemukan di lereng Gunung Salak, mulai dari kodok dan
katak, reptil, burung hingga mamalia.
Hasil
penelitian D.M. Nasir (2003) dari Jurusan KSH Fakultas Kehutanan IPB,
mendapatkan 11 jenis kodok dan katak di lingkungan S. Ciapus Leutik, Desa
Tamansari, Kab. Bogor. Jenis-jenis itu ialah Bufo asper, B.
melanostictus, Leptobrachium
hasseltii, Fejervarya
limnocharis, Huia masonii, Limnonectes
kuhlii, L. macrodon, L. microdiscus, Rana
chalconota, R. erythraea dan R. hosii.
Hasil ini belum mencakup jenis-jenis katak pohon, dan jenis-jenis katak
pegunungan lainnya yang masih mungkin dijumpai. Di Cidahu juga tercatat adanya
jenis bangkong bertanduk (Megophrys montana)
dan katak terbang (Rhacophorus
reinwardtii).
Berbagai
jenis reptil, terutama kadal dan ular, terdapat di gunung ini. Beberapa contohnya adalah bunglon Bronchocela
jubata dan B. cristatella, kadal kebun Mabuya
multifasciata dan biawak sungai Varanus salvator. Jenis-jenis ular
di Gunung Salak belum banyak diketahui, namun beberapa di antaranya tercatat
mulai dari ular tangkai (Calamaria sp.)
yang kecil pemalu, ular siput(Pareas carinatus) hingga ular sanca kembang (Python reticulatus)
sepanjang beberapa meter.
Gunung
Salak telah dikenal lama sebelumnya sebagai daerah yang kaya burung,
sebagaimana dicatat oleh Vorderman (1885). Hoogerwerf (1948) mendapatkan tidak
kurang dari 232 jenis burung di gunung ini (total Jawa: 494 jenis, 368 jenis
penetap). Beberapa jenis yang cukup penting dari gunung ini ialah elang jawa (Spizaetus
bartelsi) dan beberapa jenis elang lain, ayam-hutan
merah(Gallus gallus), Cuculus micropterus, Phaenicophaeus
javanicus dan P. curvirostris, Sasia abnormis, Dicrurus
remifer, Cissa thalassina, Crypsirina temia, burung kuda Garrulax
rufifrons,Hypothymis azurea, Aethopyga eximia dan A.
mystacalis, serta Lophozosterops javanica.
Sebagaimana
halnya reptil dan kodok, catatan mengenai mamalia Gunung Salak pun tidak
terlalu banyak. Akan tetapi di gunung ini jelas ditemukan beberapa jenis
penting seperti macan tutul(Panthera pardus), owa jawa (Hylobates
moloch), surili (Presbytis
comata) dan trenggiling (Manis javanica).
Hujan dan Dingin
Rata-rata curah hujan bulanan yang
cukup tinggi di kawasan Gunung Salak terjadi pada November hingga Mei. Pada
saat kecelakaan Sukhoi, kondisi cuaca pun dilaporkan tidak bersahabat.
Umumnya curah hujan di atas 300mm per bulan. Pada Juni
hingga Oktober, curah hujan lebih rendah kurang dari 300m per bulan.
Suhu udara rata-rata di kaku Gunung
Salak sekitar 25,7 derajat Celcius. Menurut Hadiyanto (1997), suhu maksimum
sekitar 29,9 derajat Celcius dan minimum 21,6 derajat Celcius.
Menurut Vivien (2002), tanah di
Kawasan Gunung Salak sebagian besar terdiri dari jenis Andosol. Lapisan atas
kaya akan zat organik berwarna merah hingga kehitaman. Tekstur lempung sampai
lempung liat berdebu.
Lapisan di bawahnya merah
kekuningan, cokelat kemerahan, hingga cokelat kuat. Tekstur lempung bagian ini
sampai lempung berpasir.
Menurut Sandy (1997), ekosistem
Gunung Salak sangat rentan terhadap gangguan. Masalah ini mengingat
topografinya yang terletak di daerah ketinggian dengan lereng curam dan curah
hujan yang relatif besar mencapai 3.000mm per tahun.
Gangguan tersebut mengakibatkan
perubahan pada distribusi, komposisi, struktur, dan berbagai tipe ekosistem
pegunungan.
Keragaman Hayati
Gunung Salak menjadi bagian dari Taman Nasional Gunung
Halimun Salak. Lokasi kawasan sub pegunungan dapat didaki dari beberapa lokasi.
Bisa melalui Desa Gunung Bunder Dua dan Desa Gunung Sari.
Tipe vegetasi berdasarkan penelitian Wiharto (2008) terdiri
atas beberapa aliansi hutan:
- Aliansi hutan Schimawalichii-Pandanus punctatus/ Cinchona sinensis. Selanjutnya disebut Aliansi 1.
- Aliansi hutan Gigantochloa apus-Mallotus blumeana/ C. sinensis, selanjutnya disebut Aliansi
- Aliansi hutan Pinus merkusii-Dysoxylum arbo-rescens/Dicranopteris dichotoma, berikutnya disebut Aliansi 3.
Pengaruh ketinggian
tempat terhadap pertumbuhan pohon bersifat tidak langsung
(Soedomo 1984). Artinya, perbedaan ketinggian
tempat akan mempengaruhi keadaan lingkungan tumbuh
pohon, terutama suhu, kelembapan, O2 di udara,
dan keadaan tanah. Keadaan lingkungan tumbuh ini
akhirnya mempengaruhi pertumbuhan pohon
Tragedi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 beberapa
waktu lalu di sekitar Gunung Salak memang sangat mengejutkan,
ternyata Gunung Salak memang menyimpan banyak misteri seperti yang
di bicarakan banyak orang.
Menurut masyarakat Sunda Wiwitan yang banyak menempati daerah
seputar gunung tersebut, Gunung Salak merupakan tempat yang dianggap suci
lantaran dipercaya sebagai tempat terakhir dari Prabu Siliwangi, pendiri
kerajaan Padjajaran. Karena dianggap keramat, tidak mengherankan jika sejumlah
pendaki gunung kerap menemui para 'penziarah' yang datang untuk berdoa memohon
berkah kepada para leluhur.
Ada yang menyebutkan pula, Gunung Salak merupakan lokasi
tempat pernikahan antara manusia dan jin. Karena tidak mengherankan, jika
menyusuri jalan menuju puncak, terdapat beberapa situs pemujaan hingga makam
keramat yang dipercaya merupakan makam Embah Gunung Salak.